https://supermilan.wordpress.com
Waktu masih SD, saya sering melihat iklan-iklan rokok di TV, begitu gagahnya seorang pria dengan binatang peliharaannya. Keren, dewasa, terkesan bijaksana dan garang orang tersebut dalam pikiran saya. Ada lagi yang begitu nikmatnya seorang pria dengan secangkir kopi dan sepuntung rokok dimulutnya, menandakan dia adalah seorang seniman sejati sekaligus seorang petualang yang handal.
Melulu begitu iklan rokok yang saya ingat diawal tahun 90 an, menunjukan sisi seorang perokok, dan produk rokok tersebut yang membuat orang penasaran untuk mencobanya. Tapi semenjak pemerintah melarang iklan rokok untuk menunjukan batang tembakau tersebut, para production house dan perusahaan-perusahaan pembuat advertising dibuat pusing untuk bisa menghasilkan iklan yang anehnya justru jauh dari rokok tersebut.
“Bagaimana caranya menjual sesuatu tanpa menunjukkan barang yang dijual. Seperti menjual kucing dalam karung bukan?”, Mungkin kalimat itu yang terbesit dalam pikiran para pelaku industri rokok ataupun production house yang membuat iklan rokok. Tapi yang namanya orang kreatif, semakin dibatasi justru semakin menggila, semakin keluar dari kotak, malah mereka merobek-robek kotaknya.
Sekarang, kita bisa lihat begitu banyak bertebaran iklan rokok dimana-mana dengan kata-kata dan jalan cerita yang kreatif, lucu, menghibur dan tentunya inspiratif, TANPA menunjukan rokok tersebut sedikitpun. Malah lucunya ditampilkan pula akibat buruk dari pemakaian produk itu. Sekarang mana ada iklan makanan cepat saji yang berbunyi gini :
“Memakan makanan ini menyebabkan kegemukan, serangan jantung, kolesterol dan gangguan pencernaan”
Tapi bisa kita liat, walau dengan peringatan buruk sekalipun, penjualan rokok tetap meroket, dan tentunya membuat pemilik perusahaannya menjadi orang terkaya nomor satu di nusantara. Lantas apa yang bisa kita ambil dari fenomena ini, berikut sedikit tangapan tentang pembahasan ini :
1. Keterbatasan Menghasilkan Kreativitas
Mungkin kita sering mendengar cerita tentang masa kecil orang tua kita dulu. Jika mereka ingin memiliki mainan, mereka harus membuatnya sendiri, bukan membelinya. Orang tua kita sewaktu kecil menjadi lebih lebih kreatif saat mereka berkarya menciptakan mobil dari kulit jeruk, membuat layang-layang sendiri, membuat kue-kue kecil untuk dijual, atau memetik buah-buahan dari kebun kawannya dan dijual untuk uang jajan.
Dilain hal, pasti sebagian pembaca ada yang tahu dengan WajanBolic, Kalengbolic, SendokBolic dan sebagainya? Nah saya yakin penemu wajanbolic bisa menemukan alternatif antena penguat pengganti antena yagi ataupun grid yang harganya bisa sampai jutaan, karena keterbatasan dan rasa ingin tahu yang besar.
Saya yakin dari kita semua pasti pernah menjadi kreatif ketika dibatasi. Ingat saat kita dibatasi oleh lingkungan ataupun personal, jadilah lebih kreatif, maka pikiran andapun akan semakin kreatif.
2. Jual Citra, Jangan Hanya Jual Benda
Masih seputar iklan Rokok, zaman sekarang ini kita semua bisa lihat, apa yang ditampilkan dari iklan tersebut?
Yap, benar sekali, kegagahan, tantangan, cita rasa tinggi, kesempurnaan, kesuksesan. Semua tentang CITRA pria sejati ditampilkan, yang membuat calon pelanggan berpikiran : jika menggunakan produk tersebut mereka pun merasa seperti sosok yang ada diiklan tadi. Bersemangat, penuh kerjasama dan persaudaraan, jiwa petualang, problem solver, atau orang-orang kreatif dan seniman sejati dsb.