Hadiah Tersembunyi dari Sang Ayah

Jual HDY Baby Bag @ http://TasBayi.JawaraShop.com

Di sebuah keluarga, tinggallah seorang ayah dengan putra tunggalnya yang sebentar lagi lulus dari perguruan tinggi. Sang ibu beberapa tahun yang lalu telah meninggal dunia. Mereka berdua memiliki kesamaan minat yakni mengikuti perkembangan produk otomotif.

Suatu hari, saat pameran otomotif berlangsung, mereka berdua pun ke sana. Melihat sambil berandai-andai. Seandainya tabungan si ayah mencukupi, kira kira mobil apa yang sesuai budget yang akan di beli. Sambil bersenda gurau, sepertinya sungguh-sungguh akan membeli mobil impian mereka.

Menjelang hari wisuda, diam-diam si anak menyimpan harapan dalam hati, “Mudah-mudahan ayah membelikan aku mobil, sebagai hadiah kelulusanku. Setelah lulus, aku pasti akan memasuki dunia kerja. Dan alangkah hebatnya bila saat mulai bekerja nanti aku bisa berkendara ke kantor dengan mobil baru,” harapnya dengan senang.

Membayangkan dirinya memakai baju rapi berdasi, mengendarai mobil ke kantor. Saat hari wisuda tiba, ayahnya memberi hadiah bingkisan yang segera dibukanya dengan harap-harap cemas. Ternyata isinya adalah sebuah kitab suci di bingkai kotak kayu berukir indah. Walaupun mengucap terima kasih tetapi hatinya sungguh kecewa.

“Bukannya aku tidak menghargai hadiah dari ayah, tetapi alangkah senangnya bila isi kotak itu adalah kunci mobil,” ucapnya dalam hati sambil menaruh kitab suci kembali ke kotaknya.

Waktu berlalu dengan cepat, si anak diterima kerja di kota besar. Si ayah pun sendiri dalam kesepian. Karena usia tua dan sakit-sakitan, tak lama si ayah meninggal dunia tanpa sempat meninggalkan pesan kepada putranya. Setelah masa berkabung selesai, saat sedang membereskan barang-barang, mata si anak terpaku melihat kotak kayu hadiah wisudanya yang tergeletak berdebu di pojok lemari.

Dia teringat itu hadiah ayahnya saat wisuda yang diabaikannya. Perlahan dibersihkannya kotak penutup, dan untuk pertama kalinya kitab suci hadiah pemberian si ayah dibacanya.

Lanjutkan membaca “Hadiah Tersembunyi dari Sang Ayah”

Kisah Cinta Menggetarkan Kakek-Nenek 80 Tahun dari Turki

Jual Tas Bayi @ TasBayi.JawaraShop.com

Kisah cinta ini benar-benar menggetarkan, sekaligus menggelikan. Uniknya, kisah ini tidak terjadi laiknya di kisah-kisah novel atau sinetron, melainkan di kehidupan nyata, di sebuah kota Konya yang eksotik dan menawan, di wilayah Turki bagian tengah.

Kaltum Arslan, seorang janda dan nenek berusia 80 tahun, tiba-tiba dikabarkan hilang dan minggat dari rumahnya setelah anak-anak dan cucu-cucunya menolak kisah cinta dan rencana pernikahannya dengan kekasihnya, seorang duda dan kakek yang juga seumur.

Sebagaimana dilansir kantor warta Turki Dunya Bulteni (25/12), Kaltum tinggal di salah satu desa berbukit yang hijau dan indah di provinsi Konya, di Turki bagian tengah. Ia berkenalan dengan seorang lelaki bernama Kazim Yildiz, yang juga seumuran dan berstatus duda.

Kaltun dan Yildiz bertemu sekitar dua bulan silam, saat keduanya mengambil uang santunan bagi lansia dari pemerintah. Dan memang dasar cinta yang katanya tak mengenal usia, perasaan abstrak itu pun bersemi di hati kedua kakek-nenek itu. Hingga akhirnya, keduanya pun bersepakat untuk merencanakan pernikahan. Jual http://promosiunik.jawarashop.com

Tapi, nasib tak berjalan mulus. Anak-anak dan cucu-cucu Kaltum menolak percintaannya, juga rencana pernikahannya. Jual http://taslaptop.jawarashop.com

Pada tanggal 10 Desember kemarin, Kaltum keluar rumah. Ia berkata, ia akan berangkat ke sebuah klinik untuk mengecek kesehatan. Namun, kok, ia tidak kembali lagi ke rumah. Salah seorang cucu Kaltum pun menyusulnya ke klinik itu. Tapi, si cucu tidak mendapatkan neneknya di sana, dan setelah dicek ke petugas klinik, tidak pula didapati ada daftar nama pasien Kaltum.

Pihak keluarga pun melaporkan “kehilangan” nenek mereka ke kepolisian. Dan, setelah melakukan pencarian selama tiga hari, Kaltum pun ditemukan tengah berada di rumah kekasihnya, Kazim Yildiz. Kepada anak-anak dan cucu-cucunya, juga kepada pihak kepolisian, Kaltum mengatakan jika ia tak mau kembali ke rumahnya jika ia tidak menikah dengan Kazim.

Setelah melihat keadaan demikian, akhirnya pihak anak-anak dan cucu-cucu Kaltum pun berpikir ulang. Sikap dan keputusan mereka melunak, bahkan berubah. Mereka pun akhirnya menyetujui rencana pernikahan Kaltum. Rencananya, Kaltum dan Kazim pun akan melaksanakan hajat pernikahan mereka di awal tahun nanti. Aih, aih. Download JawaraShop

Jual http://TasLaptop.JawaraShop.com SandalNama.JawaraShop.com

Sumber : Era Muslim

Kisah Menarik Seputar Kemerdekaan Indonesia

1. Kisah Pertama

Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. “Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter kesayangannya.

Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.

“Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bungk Karno kembali ke kamar tidurnya. masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…

https://supermilan.wordpress.com

2. Kisah Kedua

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sekaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun!

3. Kisah Ketiga

Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!

http://taslaptop.jawarashop.com

Lanjutkan membaca “Kisah Menarik Seputar Kemerdekaan Indonesia”

Demi Selamatkan Tupai, Pria Sri Lanka Korbankan Nyawanya

Seorang pria Sri Lanka yang berusia 40 tahun yang berusaha menyelamatkan tupai dari ancaman mati tenggelam malah justru kehilangan nyawanya sendiri pada Sabtu, demikian laporan harian berbahasa Inggris, Senin.

Menurut Daily Mirror, Tilak Rajakaruna sedang memanjat ke luar setelah membersihkan sumur sedalam 18,29 meter di kebunnya di pinggir utara Kolombo yang disebut Kandana, ketika seekor tupai jatuh ke sumur dari satu cabang pohon yang menjuntai di atasnya, demikian dikutip dari Xinhua-OANA.

Rajakaruna turun lagi guna menolong hewan itu. Ia menangkap sang tupai dan menaruhnya di kantung celana pendeknya dan mulai memanjat lagi.

Namun, tupai tersebut keluar dari kantung dan menggigit tangannya, sehingga ia kehilangan pegangan dan jatuh ke dasar sumur. Kepalanya terbentur.

Istri Rajakaruna, yang memegangi tambang, bergegas membawa dia ke Rumah Sakit RagamaBase dengan bantuan beberapa tetangga tapi Rajakaruna menyerah terhadap lukanya di rumah sakit.

Para dokter dari rumah sakit melaporkan bahwa kematian Rajakaruna disebabkan oleh luka di kepala akibat terjatuh.(*)

Sumber : Antara

Mandikan Aku Bunda

Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang di MILIKI nya sampai akhirnya kehilangan

Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not the best,” katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.

Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ”selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ”alif” dan huruf terakhir ”ya”, jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.

Setulusnya saya pernah bertanya, ”Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? ” Dengan sigap Rani menjawab, ”Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!” Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.

”Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.” Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ”memahami” orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek.

Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ”malaikat kecilku”.

Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ”Alif ingin Bunda mandikan,” ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ”Bunda, mandikan aku!” kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.

Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ”Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.” Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.

Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.

Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ”Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,” ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ”Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?” Saya diam saja.

Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ”Ini konsekuensi sebuah pilihan,” lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.

Tiba-tiba Rani berlutut. ”Aku ibunyaaa!” serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. ”Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..” Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.
— Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.

— Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang amat sangat.

— Sering kali orang sibuk ‘di luaran’, asik dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang-orang di dekatnya yang disayanginya. Akan masih ada waktu ‘nanti’ buat mereka jadi abaikan saja dulu.

— Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada.

MEREKA LUPA BAHWA ALLAH YANG MENENTUKAN SEMUANYA. HIDUP, MATI, RIZQI, JODOH HANYA ALLAH YANG MENENTUKAN.

Sumber : Kaskus