Oleh: Andri Aji Saputro Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas pendidikan adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia. Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya. Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Inimembantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.Guru tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya. Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab. Diambil dari Top of the Class - Fergus Bordewich Original message: 1001Buku.org Satrio Arismunandar Producer - News Division, Trans TV, Floor 3 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790
gw pernah kirim email ke kedutaan finlandia (atase pendidikan kli ye), dan respon mereka bgs bgt…ada sih emailnya, tapi di email gw yg gak bs dibuka *&*#*#*
— In DikBud@yahoogroups.com, “Satria Dharma”
wrote:
+ Waduh! keluar lagi…! 🙂
Ini tulisan saya yang dikopi dan disebarkan oleh Mas Andri
kemana-mana. Tapi karena Mas Andri tidak menyebutkan saya sebagai
penulis artikel ini maka artikel ini keluar dengan Mas Andri sebagai
penulis artikel. Mas Andri sudah mengklarifainya di milis Forum
Pembaca Kompas dan say sangat menghargainya.
Artikel ini sudah dimuat di Tribun Kaltim tahun 2005 (kalau tidak
salah). Tapi anehnya banyak yang membajak begitu saja dan
mengaku-ngaku sebagai penulisnya. Bahkan saya temui artikel tersebut
di majalah di ruang tunggu Pak Suyanto, Dirjen Mandikdasmen, dimana
penulisnya adalah seorang MPd, anggota Dewan Pendidikan! 🙂
Salam
Satria
Mas Satria ini Satrio Arismunandar yang ada di akhir artikel, bukan? Kalau iya, berarti ndak ada masalah kan disini. Kalau yang saya tangkep, Mas Andri ambil bahan dari Top of the Class – Fergus Bordewich tulisan Satrio Arismunandar.
Benar begitu?
suatu hari………….
sistem pendidikan di Indonesia akan sampai ke sana……..
asal…semua pihak mau……..
saya sangat salut dengan sistem pendidikan di finlandia ini.
finlandia,, IS tHe besT..
mnuRut saya indonesia juga bisa seperti itu,, asal,, pemerintah kita tidak hanya memoerhatikan out put nya saja (akhir pembelajaran)..
pemerintah juga harus nenperhatikan bagaimana proses pembelajaran berlangsung..
karena yang penting dari segalanya adalah proses,, bukan final nya..
bisa saja kan siswa-siswi indonesia mendapat nilai tinggi pada saat un,, karena usaha MENCONTEK..
itu bukan rahasia uMum lagi..
lagi pula saya sebagai seorang pelajar kurang setuju dengan yang namanya UN.. mengapa?!
y iya dong.. sexcara kan gtoe,, mental anak” indonesia akan rusak dengan adanya UN ini..
saya sangat bermohon pada pemerintah,, atau anggota dewan,, agar mempertimbangkan segalanya..
tolong dong pak buat peraturan yang lebih tegas,,
berwawasan,,
bijak,,
dan memihak secara horizontal..
gak cuman mihak kesalah satu sisi..
untuk sekolah..
tolong decH ah.. jangan terlalu maksa buat lulus 100%..
cz pengen dapat predikat sebagai sekolah:
SSN
SBI
to
LLL
please dong perhatiin kami,, peduliin ,masa depan kami..
buat siswa-siswi tercinta..
woe..
kita nih punya hak,, so kita harus rebut hak kita,,
kalau rasa-rasanya kita belum pantas lulus,, jangan diam aja dong,, emang sih kita harus buat orangn tua dan orang yang kita sayang bahagia..
tapi haruskah kita..
UKIR SENYUM DI BIBIR MEREKA DENGAN KEPALSUAN..
y,, Q tw.. tu sulit banget,,
tPi g da yG gak bisa..
plEasE..
kaLo kita lebiH berani bertindak..
kita kan menjadi yang lebih baik..
tapi selalu lah bertanggung jawab..
kita gak boleh uman siap buat sukses..
tapi siaplah untuk..
GAGAL..
gagal adalah jembatan emas yang kan mengantar kita menuju tumpukan harta karun..
indonesia bisa menirunya, namun menunggu dari uluran pemerintah merupakan hal yang lama, kalau dimulai dari independen, atau swasta, saya yakin bisa.
Namun sebisa mungkin kita juga harus menekan pemerintah, sebab merekalah pemegang kewenangan tertinggi di negara ini, supaya usaha ini tidak hanya dijalankan secara parsial, tapi keseluruhan.
Bagaimanapun, kita sangat membutuhkan dukungan pemerintah yang saat ini masih amburadul itu 🙂
coba di indonesia bisa diterapkan ya, tapi ada juga yang sudah menerapkan sistem pendidikan terbaik seperti di Sampoerna Academy http://www.sampoernaacademy.sch.id/news/sistem-pendidikan-amerika-berbasis-stem-di-indonesia